James Derulo's

Portfolio

Plot bisa dibilang adalah salah satu daya tarik paling unik di dalam Octopath Traveler. Karena berbeda dengan game-game JRPG kebanyakan yang linear untuk urusan cerita, dimana party beberapa orang berkumpul dan bersatu untuk satu tujuan yang sama walaupun terkadang didorong dengan motivasi yang berbeda, Octopath Traveler menawarkan cerita bercabang dengan 8 karakter utama sebagai konten utama. Anda bisa memilih salah satu karakter sebagai “karakter utama” dan kemudian bebas bergerak untuk merekrut karakter yang lain sebagai party dalam urutan manapun.

Maka Anda akan bertemu dengan 8 karakter dengan garis cerita yang berbeda di Octopath Traveler. Ada H’aanit – sang pemburu yang berusaha menyelamatkan sang mentor dari kutukan yang membuatnya membatu, Alfyn – seorang peracik obat yang hendak menemukan ramuan terbaik, Primrose – seorang penghibur dari keluarga penting yang kini hidup hanya untuk balas dendam, Cyrus – ahli magis yang berusaha mencari dan menemukan kembali sebuah buku terlarang, Ophillia yang sedang melakukan ziarah untuk menggantikan saudara yang ia cintai, Tressa – yang berusaha menjadi merchant terbaik di dunia, Olberic – mantan veteran yang terus dihantui oleh masa lalu, dan juga Therion – seorang pencuri yang mencari jalan penebusan dengan membantu salah satu keluarga untuk menemukan artifak penting mereka.


Maka seperti yang kami bicarakan sebelumnya, kedelapan karakter ini memutuskan untuk berjalan bersama sebagai sebuah party bukan karena satu tujuan yang sama ala game-game JRPG pada umumnya. Mereka berkumpul karena satu alasan sederhana – semata-mata karena kehadiran yang lain mempermudah perjalanan dan konflik apapun yang harus mereka hadapi. Dengan pendekatan seperti ini, Octopath Traveler memang terasa seperti sebuah game JRPG eksperimental beresiko tinggi.



Terlepas dari konsep metroidvania yang ia tawarkan, cerita sepertinya bukanlah kekuatan utama untuk Dead Cells. Alih-alih menawarkan cerita seperti layaknya game single-player kebanyakan yang meluncur lewat cut-scene atau dialog yang intensif, Dead Cells hanya menawarkan potongan informasi dari beragam lokasi dan objek yang Anda temukan, dengan detail yang terhitung minim. Dengan keasyikan yang memang didominasi dari gameplay dan tingkat kesulitan yang ada, Anda tidak akan berkeberatan dengan pendekatan seperti ini.

Dua hal pasti yang bisa Anda temukan dalam cerita adalah fakta bahwa Anda berperan sebagai sebuah gumpalan warna hijau yang sepertinya mendefinisikan kata “Dead Cells” itu sendiri. Mengingat bentuk yang tidak memungkinkannya untuk bertarung, ia menyerap beragam mayat tanpa kepala yang bertebaran di dasar penjara. Gumpalan ini menguasai mayat-mayat tersebut, membuatnya hidup kembali, menawarkan kemampuan bertarung, serta memperlihatkan tingkat kecerdasan tertentu. Informasi kedua yang bisa dipastikan bahwa misi utama Anda bukan sekedar keluar dari penjara saja, tetapi juga membunuh mereka yang bertanggung jawab untuk mayat-mayat yang berada di dasar penjara.


Gumpalan ini sendiri bisa dibilang abadi. Setiap kali Anda berujung tewas, gumpalan tersebut akan keluar dari mayat yang ada dan kembali ke dasar penjara untuk mendapatkan tubuh yang baru, dan kemudian berupaya untuk menempuh misi yang sama. Namun ada sesuatu yang unik pula terkait pula dimana penjara ini berada. Ia terus berubah-ubah secara berkala, menampilkan terrain yang baru setiap kali karakter “Prisoner” ini hidup kembali, membuat tantangan yang ada semakin kompleks.




Seperti sebuah kisah dongeng untuk anak-anak, plot yang ditawarkan oleh Little Dragons Cafe seperti layaknya nama yang ia usung, memang berhubungan dengan sebuah kafe dan naga itu sendiri.

Anda berperan dan harus memlih satu di antara dua bersaudara – Rin (karakter wanita) dan Ren (karakter pria) yang hidup di sebuah kafe bersama dengan ibu mereka tercinta. Sang ibu selama ini menjadi tulang punggung kafe, menyediakan makanan lezat untuk warga sekitar yang memang mencintai masakannya. Namun tanpa alasan yang jelas, sang sosok ibu ini tiba-tiba jatuh dalam keadaan koma dan tidak lagi terbangun dari tidurnya. Ren dan Rin yang kebingungan dengan kondisi sang ibu, tiba-tiba kedatangan seorang pak tua bernama Pappy yang muncul begitu saja di hadapan mereka.


Pappy menyebut bahwa ibu Rin dan Ren ini sebenarnya bukanlah manusia sepenuhnya. Di darahnya mengalir setengah darah manusia dan darah naga. Walaupun tidak berbicara banyak soal kondisi koma yang tiba-tiba menghinggapinya, Pappy menyebut bahwa satu-satunya cara agar ibu mereka bisa bangun kembali di masa depan adalah dengan melanjutkan keras keras sang ibu untuk membangun cafe kecil mereka. Selama proses tersebut, Pappy juga menyerahkan sebuah telur naga yang menetas begitu cepat dan harus dipelihara oleh kedua bersaudara tersebut. Seekor naga yang tentu saja, akan memainkan peran penting dalam cerita.




Berbeda dengan cara From Software menangani seri Souls dan Bloodborne dari sisi cerita, dimana benang merah soal cerita semestanya meluncur dari beragam keterangan implisit yang tersebar di sepanjang permainan, Death’s Gambit menempuh jalur yang eksplisit. Cerita disajikan dalam bentuk cut-scene.

Bangkit dari kematian di tengah perang dimana pasukan Anda kalah dan dibantai oleh kekuatan yang melampaui manusia biasa, Anda berperan sebagai seorang prajurit bernama Sorun yang menemukan dirinya tidak lagi bisa mati. Ia membangun sebuah kontrak dengan Death sendiri untuk sebuah tugas yang super berat. Death mengungkapkan bahwa orang-orang yang telah menghabisi pasukan Suron sebenarnya adalah orang-orang yang tidak biasa.


Mereka disebut sebagai “The Immortals”, orang-orang yang berhasil menemukan sumber kekuatan bernama “Source” yang membuat mereka pada dasarnya, tidak bisa mati. Sumber kekuatan tersebut mereka sembunyikan di dalam tempat bernama Caer Siorai, dengan beberapa tokoh antagonis lainnya tersebar untuk menjaga area tersebut. Death tentu saja tidak senang dengan kondisi ini dan menggunakan Sorun sebagai “pahlawannya” untuk membuat nyawa-nyawa yang sempat hampir berada di tangannya tersebut, kembali ke tempat yang seharusnya. Pelan tapi pasti, Sorun memahami bahwa perang ini ternyata berakhir jauh lebih personal dibandingkan apa yang ia percayai.




Apa yang dilakukan tim Yakuza dengan Yakuza Kiwami 2 memang terbilang istimewa. Karena berbeda dengan Kiwami pertama yang diracik ulang dengan menggunakan engine Yakuza 0, Yakuza Kiwami 2 diracik ulang dengan menggunakan engine teranyar mereka yang juga jadi basis engine Yakuza 6: The Song of Life – Dragon Engine. Oleh karena itu, selain cerita, hampir segala sesuatunya berubah, berbeda, dan tampil lebih modern. Implementasi engine ini tidak hanya membuat banyak efek partikel dan detail wajah karakter yang memesona saja, tetapi juga membuat animasi gerak Kiryu sendiri lebih mengalir, terutama saat bertarung. Beberapa mekanik gameplay yang tidak ada di seri originalnya, kini juga disertakan di Yakuza Kiwami 2 ini.

Satu yang menarik adalah bagaimana jelas usaha SEGA untuk membuat Yakuza Kiwami 2 ini sebagai sebuah paket “lengkap” yang memuat semua daya tarik seri-seri Yakuza sebelumnya. Kita berbicara tidak hanya soal konten cerita dan visual, tetapi juga ragam mini-game dan aktivitas yang bisa Anda lakukan. Hampir semua aktivitas yang sempat mendapatkan respon positif seperti kesempatan untuk mengatur Hostess Club, meracik gang Anda dalam format game strategi, hingga kehadiran wanita-wanita sensual dalam bentuk live-action ditawarkan di Yakuza Kiwami 2 ini walaupun mendapatkan sedikit perubahan di dalamnya. Gamer-gamer yang mungkin merasa bahwa seri Kiwami sebelumnya terasa minin konten, akan terpuaskan dengan apa yang dilemparkan SEGA di seri yang satu ini.


Maka yang Anda temukan adalah sebuah pengalaman baru dan berbeda di atas sebuah seri yang memang sudah terhitung “lawas”. Anda memang masih akan memainkan aksi Kazuma Kiryu yang kali ini terlibat masalah dengan organisasi Yakuza yang lain – Omi Alliance. Pertarungan dan perseteruan dengan “Sang Naga dari Kansai” dari Kiryu – “Sang Naga dari Dojima” menjadi highlight dari cerita fantastis di masa lalu ini, dan kemudian direpresentasikan kembali dalam bentuk visual yang baru dan penempatan kamera yang lebih dramatis. Sebagai salah satu seri Yakuza dengan cerita paling seru dan menegangkan, ia bahkan terasa lebih optimal lagi. Apalagi ada ekstra konten yang kini berfokus pada sosok Goro Majima.



DICE dan Battlefield V seharusnya berada di atas angin untuk persaingan game FPS di tahun 2018 ini. Mengapa? Karena berbeda dengan sang kompetitor utama – Black Ops 4 yang memutuskan untuk menawarkan mode multiplayer saja, DICE tetap menyuntikkan mode single player untuk Battlefield V itu sendiri. Mode campaign ini ditawarkan dengan gaya Battlefield 1, dimana alih-alih sebuah cerita berkesinambungan disuntikkan, Battlefield V akan membawa Anda ke 4 medan pertempuran yang berbeda di event perang dunia yang sama.

Ada empat buah skenario yang bisa Anda tempuh, dari memainkan pasukan Senegal yang melibatkan diri secara aktif untuk membela Perancis demi kesetaraan derajat dan pengakuan, ada skenario yang meminta Anda untuk berperan sebagai tentara Nazi dengan tank Tiger terakhir mereka, hingga misi sejenis Under the Flag – yang memosisikan Anda sebagai anggota pasukan Inggris yang berusaha menginfiltrasi markas Nazi di beragam lokasi berbeda. Seperti yang bisa Anda prediksi, pendekatan cerita dan karakter yang berbeda ini bisa berujung membuat Anda memiliki skenario favorit Anda sendiri. Karena harus diakui, tidak kesemuanya punya kualitas yang sama, baik dari sisi gameplay maupun cerita yang ada.


Percaya atau tidak, jumlah empat skenario yang ia usung tidak membuat Battlefield V punya mode campaign yang bisa terbilang panjang. Anda bisa menyelesaikan kesemuanya dalam waktu sekitar 3-4 jam tergantung tingkat kesulitan, yang biasanya berakhir dengan setiap skenario hanya memuat sekitar 2-3 lokasi berbeda. Sebagian besar skenario juga kini menekankan gameplay ala Far Cry dimana Anda akan disuguhkan level cukup terbuka, teropong untuk memeriksa lokasi dan menandai musuh yang ada, dan mendorong Anda untuk menyelesaikannya secara stealth dengan sebaik mungkin. Dengan tingkat kesulitan cukup tinggi karena karakter yang rentan di level Normal sekalipun, ini jadi opsi yang paling rasional.




Dari sebuah game yang nyaris mati karena konsep yang berujung tidak menarik setelah proses pengembangan yang memakan waktu cukup lama menjadi salah satu game multiplayer terpopuler di dunia saat ini. Anda bisa melihat apa yang dilakukan Epic Games dengan Fortnite sebagai sebuah kebijakan tepat sasaran atau mungkin, sekedar keberuntungan luar biasa yang terbayar manis. Satu yang pasti, mode battle-royalenya kini berhasil menyihir ratusan juta gamer di seluruh dunia yang secara aktif terus mengeluarkan uang ekstra untuk membeli ragam item kosmetiknya yang menggoda. Format free to play yang diusung sebagai strategi distribusi ternyata justru jadi katalis yang efektif untuk mendongkrak jumlah pendapatan fantastis yang diraih Epic Games tahun ini.

Dengan popularitasnya yang tidak terbantahkan, tentu banyak gamer yang penasaran berapa besar sebenarnya pendapatan yang diraih Epic Games dengan Fortnite di tahun 2018 ini, terutama lewat mode battle-royale yang ada? Walaupun tidak ada informasi resmi dibagi, salah satu sumber terpercaya situs TechCrunch melemparkan estimasi keuntungan sekitar USD 3 Miliar atau sekitar 43 Triliun Rupiah hanya dari tahun 2018 saja! Mengingat semua pendapatan ini didapatkan dari penjualan item kosmetik, angka ini tentu saja terdengar mengagumkan. Fortnite juga dipercaya berhasil melambungkan nilai Epic Games sebagai perusahaan menjadi sekitar USD 15 Miliar saat ini.




Akhir tahun adalah momen terbaik untuk sedikit merangkum balik apa yang terjadi di sepanjang tahun sembari mempersiapkan diri untuk tantangan di tahun berikutnya. Bagi banyak industri, termasuk video game, tidak ada lagi momen terbaik untuk berbagi sedikit data dan informasi menarik yang mereka himpun untuk mendefinisikan apa tren video game di tahun 2018. Hal yang serupa juga secara rutin dilakukan Steam – portal distribusi game digital milik Valve yang saat ini terus berada di puncak popularitas untuk urusan “market” game PC. Lantas, game-game mana saja yang berhasil mencatatkan diri sebagai yang terlaris untuk tahun 2018 ini?

Steam akhirnya melepas data yang menarik tersebut. Dikategorikan ke dalam beberapa peringkat yang sayangnya tidak dijelaskan secara mendetail soal jumlah kopi yang berhasil terjual untuk masing-masing darinya, ia berhasil mencatatkan beberapa nama game lawas yang sudah beberapa kali mengalami masa diskon sekaligus game baru yang bahkan belum genap berusia 1 tahun di dalamnya.



Menentukan siapa yang terbaik di antara yang terbaik, memberikan predikat sebagai “Game of the Year” adalah rutinitas yang tidak terhindarkan di industri game. Hal ini selalu terajdi setiap tahunnya, datang dari beragam media, organisasi, ataupun dari gamer itu sendiri. Namun salah satu pihak yang opininya jarang mengemuka adalah para aktor di belakang industri game – alias para developer yang tentu saja menggunakan waktu luang mereka untuk mencicipi produk developer yang lain, atas motivasi sekedar bersenang-senang atau mencari inspirasi. Bagi sebagian besar developer Jepang, pilihan untuk GOTY tahun ini berujung jelas.

Melalui majalah game ternama Jepang – Famitsu, sekitar 128 developer Jepang ditanyai soal pendapat mereka terkait game mana yang pantas untuk menyandang predikat GOTY 2018. Jawaban tersebut kemudian mendapatkan point dan disusun berdasarkan akumulasi jumlah terbanyak. Secara mengejutkan? Marvel’s Spider-Man dari Insominac Games menjadi yang pertama dan dianggap sebagai yang paling pantas menyandang predikat bergengsi tersebut. Sementara nama kuat di pasar barat – Red Dead Redemption 2 hanya bercokol di posisi keempat. Beberapa nama juga datang dari game bukan keluaran tahun 2018 yang mungkin baru sempat dicicipi oleh para developer tersebut.




Cliff B, Anda yang cukup aktif mendengar informasi terkait industri game sepertinya tidak akan asing lagi dengan sosok yang satu ini. Ia digadang sebagai salah satu otak Gears of War ketika berkarir di Epic Games, membuat popularitasnya tak terbendung di kala itu. Hengkang beberapa tahun yang lalu, banyak gamer yang penasaran seperti apa sepak terjangnya tanpa bendera besar Epic di belakangnya. Sayangnya, ia justru berujung menjadi sebuah kekecewaan besar. Usaha Cliff B untuk memanfaatkan momentum pasar lewat game shooter arena seperti Lawbreakers dan Radical Heights berujung bencana. Studio developer yang ia racik – Boss Key Productions berakhir ditutup. Lantas, bagaimana langkah Cliff B selanjutnya?

Apapun yang dilakukan Cliff B selanjutnya, ia sepertinya tidak akan lagi berkecimpung di industri game. Hal tersebut ia sampaikan via akun Twitter pribadi. Bahwa karir terbarunya sudah berada di depan mata dan merupakan salah satu yang sudah ia impikan sejak kecil. Namun ia memastikan hal tersebut tidak akan berhubungan dengan video game. Ketika ditanya soal alasannya, Cliff B menyebut bahwa bahwa ia sudah muak. Ia melihat industri game sebagai sebuah industri yang “toxic” dan kini berusaha menghindarinya.



Terlihat ambisius dan memesona, apa yang dilakukan Ubisoft sejauh ini dengan Beyond Good & Evil 2 memang pantas mendapatkan acungan dua jempol besar. Hasil akhirnya memang belum terlihat, namun proses pengembangan yang informasinya seringkali dibagikan dalam bentuk screenshot dan demo gameplay pendek menunjukkan sebuah game eksplorasi angkasa yang penuh mimpi di dalamnya. Mengambil genre action RPG yang menjadi pondasi, Beyond Good & Evil 2 memang belum punya tanggal rilis pasti. Namun satu yang dikonfirmasikan, game ini akan membutuhkan koneksi internet yang konsisten untuk bisa Anda cicipi di masa depan.

Hal ini dikonfirmasikan Ubisoft dalam sesi Q&A terbaru Beyond Good & Evil 2. Game ini akan butuh koneksi internet konsisten bahkan ketika Anda berencana untuk memainkannya secara solo sekalipun. Alasannya? Karena beberapa fungsi esensialnya memang hanya akan tersedia jika internet terhubung, dari proses navigasi tanpa henti, update yang dinamis, hingga kesempatan untuk bermain bersama teman yang disebut Ubisoft, adalah bagaimana Beyond Good & Evil 2 seharusnya dilakukan. Ubisoft bahkan secara terbuka menyebut game ini sebagai game multiplayer dengan fitur co-op yang kaya dan berkesinambungan.



Ketika ia pertama kali dilemparkan ke publik lewat sebuah demo singkat yang walaupun menyeramkan tetapi berujung begitu gelap untuk bisa dinikmati, Pamali memang terasa seperti sebuah game horror lokal yang potensial. Dikembangkan oleh StoryTale Studios, game ini membubuhkan begitu banyak konten budaya lokal ke dalam cerita super menyeramkan yang hendak mereka racik, seperti nama yang hendak diusung. Dengan proses pengembangan yang sepertinya sudah rampung untuk setidaknya satu di antara empat skenario dengan makhluk halus berbeda yang sempat diumumkan, gamer Indonesia yang tertarik ternyata tidak perlu menunggu lalu.

Pamali siap dirilis besok. Namun ingat, hanya episode pertama yang berfokus pada sosok Kuntilanak seperti halnya versi demo kemarin yang akan tersedia. Sementara tiga episode sisa yang sepertinya berhubungan dengan Pocong, Tuyul, dan Jenglot akan dilepas sebagai DLC, walaupun tidak diinformasikan akan berbayar atau tidak. Menyerap atmosfer sebaik mungkin dengan gameplay yang berfokus pada sisi interaksi pada objek, Pamali juga mengkonfirmasikan begitu banyak ending berbeda bergantung pada aksi yang Anda ambil.




Sebagian besar dari kita mungkin tengah bersiap menantikan kehadiran tahun 2019 yang tanpa belas kasihan, langsung memulai tiga bulan pertamanya dengan game-game yang memesona. Bagi gamer yang sudah berlangganan layanan Playstation Plus yang juga membagikan game-game gratis setiap bulannya, ini juga berarti ekstra perhatian untuk melihat penawaran seperti apa yang ditawarkan oleh Playstation, terutama untuk region Asia. Tidak mengecewakan, Sony langsung memulainya dengan dua game raksasa dari Ubisoft sebagai “bonus” awal tahun.

Setelah menantikan cukup lama, Playstation Asia akhirnya mengumumkan game “gratis” Playstation 4 untuk bulan Januari 2019 mendatang. Selain kesempatan untuk mendapatkan tema eksklusif dan juga musik dari Final Fantasy Sound Selection, gamer juga bisa akan mendapatkan game multiplayer Ubisoft – The Division dan game olahraga ekstrimnya yang unik – Steep. Kedua game tersebut akan bisa diunduh mulai dari tanggal 10 Januari 2019 dan akan tersedia sampai tanggal 6 Februari 2019 mendatang. Game-game ini akan terus bisa Anda akses kapanpun Anda inginkan selama layanan Playstation Plus tetap aktif.



Salah satu game JRPG yang tersedia di pasaran, pengakuan atas kualitas yang ditawarkan Atlus untuk Persona 5 memang tidak terbantahkan. Dilepas untuk platform generasi saat ini, mereka berhasil meracik game yang tidak hanya bertahan dengan sistem kehidupan nyata ala seri sebelumnya yang semakin kompleks saja, tetapi juga menyempurnakannya dari sisi visual dengan pendekatan yang bahkan lebih penuh gaya. Di atasnya, seperti bumbu masakan yang tepat, mereka menyuntikkan musik yang memperkuat semua aspek tersebut dengan begitu tepatnya. Mengingat kebijakan Atlus selama ini, sepertinya bisa diprediksi bahwa Persona 5 tidak akan jadi satu-satunya iterasi yang diusung. Rumor tersebut menguat dengan pendaftaran beberapa domain situs baru dengannya.

Setelah sempat mendaftarkan domain untuk Persona 5 R alias P5R.jp yang saat ini sudah dipindahkan ke server resmi Atlus tanpa ada informasi lanjutan, Atlus kabarnya sudah mempersiapkan beberapa domain baru terkait game JRPG yang satu ini. Ryu’s Office – perusahaan yang bertanggung jawab untuk proses ini baru saja mendaftarkan setidaknya tujuh buah domain berbeda. Spekulasi yang muncul menyakini bahwa nama-nama ini bisa berujung tidak hanya iterasi baru Persona 5 seperti versi “Golden” di masa lalu saja, tetapi juga kemungkinan rilis untuk platform lain seperti Nintendo Switch dan PC.


Ketujuh domain tersebut adalah: Persona5R.jp, P5B.jp, Persona5B.jp, P5M.jp, Persona5M.jp, P5S.jp, dan Persona5S.jp.




Denuvo adalah sistem anti-bajakan paling populer di industri game saat ini. Walaupun efektivitasnya sendiri dipertanyakan dengan beberapa produk ternama yang berujung dibobol dalam hitungan jam atau hari saja, ia tetap dijadikan sebagai ujung tombak banyak publisher raksasa untuk melindungi produk mereka. Di tengah nama yang kian memburuk ini, sistem anti-bajakan baru bernama Valeroa mengemuka ke pasaran! Hadir sebagai sistem DRM yang diklaim lebih efektif dan tidak membutuhkan internet, ada yang “istimewa” dengan Valeroa. Bahwa berbeda dengan Denuvo yang terus melapisi diri dengan versi terbaru, Valeroa berusaha melindungi diri dan konsumen yang percaya dengan mereka dengan satu strategi baru – Doxxing.

Untuk Anda yang tidak terlalu familiar, Doxxing merupakan tindakan tidak etis di dunia maya dimana satu orang / kelompok mencari tahu, membuka, dan menyebarkan informasi terkait identitas dunia nyata satu orang / kelompok yang lain. Hal inilah yang dilakukan sistem anti-bajakan baru – Valeroa. Kelompok peretas ternama – CPY yang baru saja meretas game yang dilindungi Valeroa – City Patrol Police menemukan sebuah pesan tersembunyi yang terhitung menyeramkan. Lewat pesan tersebut, Valeroa memanggil dan menyebut nama-nama di balik scene peretas, tidak hanya alias saja, tetapi juga nama asli yang berujung disensor oleh CPY di halaman NFO game tersebut.


Valeroa memanggil nama-nama peretas dengan nama asli, sembari menyebut di kelompok mana mereka bersemayam. Lewat inisial yang ada, mereka setidaknya mengenali beberapa orang di balik CPY, RZR, hingga Skidrow dan tidak ragu melemparkan nama tersebut begitu saja. Ini kian memperkuat spekulasi bahwa orang-orang Valeroa merupakan orang-orang yang dulunya sempat terlibat aktif dalam scene pembajakan sebelum kini berdiri di posisi yang bertolak belakang atas nama uang. Langkah tidak etis sendiri memicu perbincangan yang ramai di komunitas game bajakan yang sepertinya meyakini bahwa aksi doxxing balasan akan dilancarkan oleh scene pembajakan yang namanya disebut-sebut di sini.




Meracik sebuah petualangan baru untuk sang manusia laba-laba yang popularitasnya kini kembali menanjak setelah aksinya di Marvel Cinematic Universe adalah kondisi yang tak ubahnya, pedang bermata dua. Semua mata memandang dan Insomniac punya tugas berat untuk memastikan bahwa Marvel’s Spider-Man PS4 memang adalah sebuah game yang mampu menawarkan daya tarik aksi Spider-Man dalam kapasitas yang seharusnya, lengkap dengan level interaktivitas yang tepat. Berita baiknya? Seperti sesi gameplay kami beberapa waktu lalu, pengalaman lengkap yang beruntungnya bisa kami cicipi lebih awal ini, menegaskan hal tersebut. Marvel’s Spider-Man tampil sebagai game Spider-Man yang sudah lama Anda antisipasi.

Secara visual, ia terlihat mengagumkan. Insomniac sepertinya punya komitmen kuat untuk memastikan bahwa “taman bermain” Anda tidak akan sekedar luas saja, tetapi juga mewakili New York yang seharusnya di semesta Marvel itu sendiri. Bebas Anda eksplorasi sejak misi pertama selesai, Anda bisa menikmati sistem mengayun dan melompat khas Spider-Man yang tepat sasaran di sini, sembari bergerak menyelesaikan ragam misi sampingan yang ada. Mengingat ini adalah New York “versi Marvel”, Anda juga akan menemukan beberapa tempat ikonik, dari Avengers Tower, Kedutaan Wakanda, hingga Hell’s Kitchen – lokasi yang dilindungi oleh Daredevil. Kehadiran tempat-tempat ini seolah menguatkan kesan bahwa Spider-Man yang tengah Anda cicipi saat ini, adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.


Sayangnya, jika berbicara soal misi sampingan, apa yang ditawarkan Marvel’s Spider-Man ini memang tidak bisa dibilang istimewa. Ia masih menawarkan desain misi standar berbasis ikon dan tower yang mulai ditinggalkan oleh banyak game open-world saat ini. Namun ada satu berita baik. Berbeda dengan game open-world serupa yang seringkali membuat misi-misi kecil ini sulit atau bertele-tele, Marvel’s Spider-Man meracik setiap darinya sebagai pengalaman yang ringkas dan bisa cepat Anda selesaikan untuk ekstra reward. Kehadiran reward berupa Token yang bisa Anda gunakan untuk meracik beragam kostum berbeda yang masing-masing punya kemampuan berbeda. Anda bisa menggantinya kostum ini dengan bebas.



Tidak ada lagi cerita awal bermula Peter Parker mendapatkan kekuatannya sebagai seorang manusia laba-laba, Marvel’s Spider-Man memosisikan Anda sebagai seorang Peter Parker yang terhitung sudah “veteran” untuk urusan menyelamatkan kota yang ia cintai – NYC dari ancaman para penjahat yang beberapa di antaranya, juga memiliki kemampuan super power yang tak kalah mematikan. Kita berbicara soal sosok Peter yang kini lebih dewasa, matang, dengan posisi sang mantan kekasih – Mary Jane yang juga sudah mengetahui identitasnya.

8 tahun berjuang dan Spider-Man akhirnya berkesempatan untuk menundukkan sang tokoh antagonis utama yang menjadi otak dan dalang di balik begitu banyak tindak kejahatan – Wilson “The Kingpin” Fisk. Bukti sudah terkumpul sempurna, pihak keamanan sudah bergerak, dan Fisk tak lagi bisa mengelak. Tugas berat tersebut akhirnya berhasil dicapai tanpa korban jiwa, membuat perjalanan Spider-Man seolah sudah berada di puncak kesuksesan. Dengan ditangkapnya Kingpin, NYC seharusnya menjadi kota yang jauh lebih aman dan nyaman. Namun yang terjadi, justru sebaliknya.


Dengan hilangnya posisi The Kingpin sebagai pemimpin aktivitas kriminal di NYC, kota nan ramai ini justru jatuh pada kekacauan. Tidak ada lagi sosok yang menguasai, mengatur, dan menjalankan semua organisasi, membuat banyak dari mereka bermimpi untuk menjadi The Kingpin selanjutnya dan berakhir menjadi penguasa menggantikan Wilson Fisk. Perjuangan Spider-Man ternyata belum berakhir sampai di sana. Gelombang ancaman baru datang dan kali ini muncul dari sumber yang tak pernah ia perkirakan sebelumnya.

Di tengah suasana kampanye Norman Osborne yang berusaha menjadi Mayor dua periode untuk NYC, ancaman baru muncul setelah jatuhnya Kingpin. Shocker – salah satu musuh utama Spider-Man yang mengandalkan dentuman suara sebagai kekuatan utama, tertangkap tangan berusaha mencuri uang dari sebuah bank. Tindakan tergesa-gesa dan tanpa perhitungan ini membuat Spider-Man dan koleganya di kepolisian – Yuri Watanabe mencurigai bahwa aksi Shocker ini tidak didasarkan pada kebutuhan dirinya sendiri, tetapi karena ia bekerja untuk organisasi yang lebih besar. Ada sesuatu yang tengah terjadi di belakang layar, di tengah vakumnya kepemimpinan Kingpin itu sendiri. Benar saja, tidak perlu menunggu terlalu lama hingga sebuah pasukan baru bernama “Demons” dengan topeng oriental mereka mulai meneror kota. Di baliknya, musuh baru bernama Mr. Negative mencengkeram.




Dengan fokus gameplay yang memang lebih difokuskan untuk mode multiplayer, Bandai Namco dan sang developer – Soliel memang meniadakan mode campaign / story mode yang selama ini menjadi bagian paling seru dan tidak terpisahkan dari seri Naruto Ultimate. Tidak ada lagi kesempatan untuk menikmati perjalanan Naruto sejak ia kecil, menguat, dan akhirnya menjadi Hokage di pertarungan yang penuh darah dan air mata. Naruto to Boruto: Shinobi Striker menyederhanakannya dalam format yang mungkin tidak disukai semua gamer. Tetapi jika soal cerita itu sendiri, game ini tetap punya basis.

Alih-alih Naruto atau Boruto, Anda berperan sebagai seorang ninja tak dikenal yang desain visual dan asalnya harus Anda rancang sendiri. Ceritanya berkisar soal Konoha yang tengah menyelenggarakan sebuah turnamen Chunin Exams yang tentu saja, akan diikuti oleh ninja dari desa-desa yang lain. Struktur cerita yang cukup menjelaskan pondasi untuk mode multiplayer kompetitifnya. Sementara untuk apa yang bisa kita sebut sebagai “cerita”, ia kini dijelaskan tidak lebih dari teknologi VR Mission terbaru yang diadopsi oleh Konoha. Dengan menggunakan teknologi ini, para ninja yang tengah mampir untuk Chunin Exams bisa melatih diri dengan bertarung di beragam skenario ikonik dunia perninjaan di masa lalu.  Termasuk bertarung dengan para Akatsuki sekalipun. Itulah basis untuk  “cerita” Shinobi Striker.


Dengan konsep seperti ini, kisah panjang Naruto kini dibagi layaknya misi-misi sampingan yang di dalamnya, memuat sedikit cut-scene dan potongan cerita soal apa yang tengah terjadi dan apa yang mendasari misi Anda. Tidak lagi sebuah mode cerita berkesinambungan dengan sudut pengambilan kamera sinematik ataupun yang dibuka dengan cut-scene pertarungan epik pre-rendered yang siap untuk membuat para fans Naruto kegirangan. Shinobi Striker memang bukan seri yang ditujukan untuk hal tersebut.

Apakah ini berarti Shinobi Striker adalah game yang hanya bisa dimainkan secara online saja? Untungnya tidak. Misi-misi yang kami ceritakan ini memang bisa dimainkan dalam format online kooperatif untuk pengalaman bermain yang lebih optimal dan lebih mudah. Tetapi Anda yang tidak punya koneksi internet yang bisa diandalkan selalu bisa menempuh misi-misi ini seorang diri, mendapatkan reward, dengan konsekuensi pertarungan yang bisa berjalan lebih lama dan hilangnya elemen keseruan online yang seharusnya. Shinobi Striker bisa dimainkan secara offline, hanya saja kami tidak merekomendasikannya.



Jatuh cinta pada pandangan pertama, pendekatan modern yang ditawarkan Square Enix untuk Dragon Quest XI memang tercermin lewat implementasi visual yang pantas untuk diacungi jempol. Dengan cita rasa kartun yang kuat, permainan warna yang cerah, desain dunia dan karakter, hingga sekedar ragam efek serangan membuatnya jadi game JRPG yang memanjakan mata. Bahwa Anda akan merasa tengah masuk untuk berperan menyelamatkan dunia fantasi yang terbagi ke dalam beragam kerajaan ini. Kompensasi dari rilis versi barat yang cukup lama dibandingkan versi Jepangnya ditawarkan dalam bentuk voice acting yang juga tidak kalah memukau. Akses beragam negara Eropa dijadikan basis untuk memberikan “kehidupan” bagi karakter-karakter yang memang berasal dari beragam kebudayaan tersebut.

Kerennya, di tengah cita rasa yang lebih modern lewat animasi dan pendekatan visual ini, Dragon Quest XI mengusung cita rasa JRPG yang masih sama klasik dan kentalnya. Sebuah game yang menjadikan cerita soal kepahlawanan melawan sumber kejahatan yang begitu menakutkan sebagai dasar, dihiasi dengan beragam kisah lainnya yang siap untuk menggetarkan hati Anda. Sistem pertarugan berbasis turn-based, misi sampingan yang tersebar, eksplorasi dengan reward sepadan, hingga sistem crafting untuk mendapatkan senjata terkuat bisa Anda temukan semua di sini. Tidak harus selalu menyibukkan diri Anda sendiri, Anda juga bisa mengandalkan sistem pertarungan otomatis dengan membiarkan AI mengendalikan setiap aspeknya. Yang perlu Anda lakukan hanyalah mengatur strategi yang ingin Anda dorong via menu “Tactics” saja.


Dengan cerita yang memesona sejauh ini, kami sendiri sudah menyentuh waktu permainan sekitar 42 jam dengan beberapa jam dihabiskan untuk berburu item di kasino. Namun percaya atau tidak, walaupun kisahnya sudah memasuki babak kedua yang cukup dramatis, kami sepertinya masih akan butuh waktu lebih lama lagi untuk menyelesaikannya. Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, izinkan kami melemparkan segudang screenshot fresh from oven di bawah ini untuk memberikan Anda gambaran apa itu Dragon Quest XI: Echoes of an Elusive Age.