James Derulo's

Portfolio

Review Acer Predator Aethon 500: Kurang “Kharismatik” !!!

Leave a Comment

Melihatnya di permukaan, Predator Aethon 500 memang terlihat dan terasa seperti sebuah keyboard gaming. Bentuk setiap key keyboard-nya yang menawarkan kenyamanan dibalut dengan warna hitam yang dominan dan sebuah tulisan “Predator” di bagian bawah keyboard. Dibandingkan dengan keyboard kebanyakan, ukurannya memang sedikit memanjang terutama karena ekstra ruang yang harus mereka suntikkan di bagian kiri untuk memfasilitasi satu baris tombol yang baru. Sementara di sisi kanan, ada sedikit bagian yang menonjol meluncur dari barisan key untuk akses pengaturan media secara instan. Benar sekali, sebuah wheel kecil yang bisa diakses dengan memutarnya secara analog disuntikkan untuk mengatur volume tanpa mengganggu proses gaming Anda.

Berbalut bahan alumunium yang mendominasinya, Predator Aethon 500 memang terlihat bongsor dan kokoh. Sebagai gamer yang senang dengan keyboard yang sedikit berat dan seringkali mengasosiasikannya dengan stabilitas, kami tentu saja senang dengan aspek yang satu ini. Namun di sisi lain, berat seperti ini membuatnya tidak cocok untuk dijadikan sebagai keyboard yang bisa Anda bawa ketika berpergian baik untuk aktivitas gaming ataupun produktif misalnya. Acer juga menyuntikkan keys dengan warna kebiruan untuk empat tombol – W,A,S,D untuk menguatkan identitasnya sebagai keyboard gaming. Apakah strategi ini berhasil? Mengingat Anda akan lebih banyak menggunakannya dengan ujung jari Anda, kami harus menyebutnya sebagai langkah yang tak efektif. Kami bahkan menemukan bahwa untuk alasan yang tidak jelas, tulisan di keempat keys ini justru gampang tergerus dibandingkan key “biasa” yang lain.

Memastikan diri bisa mengakses hampir semua fungsi secara instan terlepas dari dukungan perangkat lunak yang akan kita bicarakan nanti sepertinya menjadi ide dari keseluruhan desain Predator Aethon 500 ini. Selain 5 buah tombol makro untuk Anda yang membutuhkannya, ada satu ekstra tombol bertuliskan “P” yang seperti bisa Anda prediksi merupakan simbolisasi “Profile”. Dengan menekannya, Anda bisa mengganti profile Predator Aethon 500 secara instan tanpa perlu mengakses sisi software sama sekali. Yang kami sukai darinya adalah bentuknya yang bulat, hingga saat memori otot Anda bergerak ke samping kiri atas untuk menekan tombol “Esc”, bentuk bulatnya yang aneh akan menginformasikan ujung jari Anda bahwa tombol yang Anda tekan bukanlah “Esc” yang Anda cari. Dengannya, Anda bisa menggesernya sedikit ke kanan dan menemukan tombol yang Anda inginkan.



Sementara tombol analog di bagian kanan akan membantu Anda mengakses fungsi multimedia secara instan, yang tentu saja sangat membantu tidak hanya ketika Anda menikmati film favorit misalnya, tetapi juga memastikan aplikasi pemutar lagu yang berjalan di latar belakang seperti Spotify untuk berhenti, berlanjut, atau kini hadir dengan volume suara lebih kecil. Karena bukan tidak mungkin Anda bertemu dengan game yang membutuhkan grinding atau begitu repetitifnya hingga musik akan jadi penyemangat yang efektif. Tombol seperti ini akan membuat Anda tidak akan kehilangan momen penting dalam game misalnya.

Sayangnya, harus diakui bahwa Predator Aethon 500 memang tidak hadir dengan sebuah desain yang istimewa. Memang ia hadir dengan konsep RGB yang akan kita bicarakan nanti, namun tulisan sekedar “Predator” di bagian bawah keyboard tidak memberikan efek kosmetik atau citra kuat yang siap untuk membuat gamer tergugah atau bangga. Padahal di sisi lain, Predator punya logo yang terhitung maskulin dan keren untuk bisa dimanfaatkan lebih baik dengan sisi desain seperti ini. Logo tersebut hanya berakhir di bagian palm rest yang belum tentu digunakan semua gamer, termasuk kami.



Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar