James Derulo's

Portfolio

Seperti yang bisa diprediksi ada dua “plot” yang berkembang di situ. Satu plot adalah cerita dan satu “plot”-nya lagi berhubungan dengan bagian tubuh yang sepertinya tidak akan asing lagi untuk Anda yang seringkali berselancar di internet. Satu plot menjadi bagian penting Senran Kagura Reflexions, sementara yang lainnya benar-benar bisa diabaikan begitu saja. Jika kita berbicara soal plot dalam pengertian cerita, maka langkah kedua ini yang bisa Anda ambil.

Senran Kagura tentu saja membawa Anda masuk ke dalam semesta Senran Kagura dari perspektif orang pertama. Menggabungkannya dengan nama “Reflexions” yang memang ditujukan untuk menjelaskan proses pijat refleksi, Anda sepertinya sudah paham cerita yang hendak disajikan. Di tengah kelas ninja yang begitu berat, Anda berperan sebagai teman dekat Asuka yang berusaha membuatnya jauh lebih nyaman dan tenang dengan semua tanggung jawab berat yang ia pikul. Romansa menjadi inti dan diproyeksikan lewat beragam sentuhan untuk membuatnya lebih rileks.


Maka inti cerita tersebut lah yang dibangun. Bahwa sentuhan-sentuhan kecil yang Anda lakukan pada Asuka ternyata tidak membuat imajinasi Anda saja yang liar, tetapi juga imajinasi Asuka itu sendiri. Pelan tapi pasti, seolah tenggelam dalam ekstasi, Asuka juga mulai membayangkan beragam skenario pertemuan dengan Anda yang selalu berkaitan dengan urusan pijat memijat ini. Hingga pada akhirnya tentu saja, mengembangkan dan mengekspresikan perasaannya kepada Anda.



Kekhawatiran soal kualitas visualisasi yang lebih buruk dibandingkan Rise of the Tomb Raider bisa Anda kesampingkan ketika menjajal game ini untuk pertama kalinya. Walaupun tidak terlihat secara signifkan berbeda dari Rise, namun Anda bisa melihat beberapa efek yang terlihat lebih memukau, terutama dari sisi lighting, setidaknya dari versi Playstation 4 Pro yang kami jajal. Pencahayaan kini terasa lebih tepat dan dramatis, terutama pada saat Anda menyelusuri reruntuhan kuno dengan beragam mekanik klasiknya. Keputusan lebih rasional soal reward juga disuntikkan dengan tidak lagi menempatkan persenjataan modern misalnya, sebagai reward dari mejarah makam-makam kuno suku Inca yang ada. Penjelajahan makam kini akan memberikan Anda ekstra buff yang memperkuat aspek tertentu, dari navigasi hingga pertempuran itu sendiri.

Tentu saja Eidos Montreal menyuntikkan beberapa hal yang baru dan berbeda di Shadow of the Tomb Raider ini. Alih-alih linear, sekarang Anda disuguhkan sebuah hub terpisah untuk setiap bagian cerita yang berisikan tidak hanya item-item yang bisa Anda kumpulkan saja, tetapi juga beragam side mission dengan reward yang menarik. Di kota yang sama, Anda juga bisa membeli beragam keperluan yang ada lewat merchant yang menawarkan dari material hingga senjata.


Salah satu yang kami sukai adalah tantangan di dalam makam-makam baru yang kini didesain jauh lebih luas, spektakuler, beragam, dan menantang. Tidak harus selalu soal memutar otak, salah satu Tomb yang ada ini bahkan lebih difokuskan untuk menguji kemampuan mekanikal dan kesabaran Anda, menjadikan timing sebagai elemen yang paling penting. Berganti pakaian kini juga bisa mempengaruhi status dan kekuatan Lara, di luar sistem upgrade dan skill yang sepertinya tidak akan asing lagi.

Namun ada satu hal yang aneh dengan seri Shadow of the Tomb Raider ini. Ia terasa tidak “bersih” untuk alasan tertentu. Bersih bukan dalam pengertian desain kostum dan sebagainya, tetapi lebih ke pengalaman bermain secara keseluruhan. Anda masih menemukan beberapa glitch yang tentu saja membuat rasa imersif berkurang, seperti dinding yang baru saja Anda runtuhkan tiba-tiba kembali ke wujud semulanya selama 1 detik dan baru runtuh setelahnya. Atau sekedar dari sensasi berat dan animasi lompat milik Lara yang terkadang di kontroler terasa seperti ia tengah membawa sebuah beban yang lebih berat. Ada sensasi yang tidak natural di sini. Desain misi sampingan yang disuntikkan juga tidak bisa dibilang istimewa.



Shadow of the Tomb Raider berperan sebagai seri ketiga dari seri reboot Tomb Raider. Ini berarti memosisikan ceritanya sebagai kembalinya Lara Croft setelah petualangan di Tomb Raider dan Rise of the Tomb Raider. Kelompok organisasi rahasia bernama Trinity yang ternyata berhubungan dengan sosok ayahnya di seri terdahulu kembali menjadi fokus petualangan Lara Croft kali ini. Usahanya sama, menggagalkan rencana Trinity yang berambisi untuk meracik ulang dunia dengan menggunakan artifak masa lampau.

Keinginan untuk menghentikan aksi Trinity tersebut akhirnya membawa Lara ke daratan Amerika Selatan. Mengingat ini merupakan perjuangan yang terasa personal karena hubungan kematian ayahnya dan Trinity itu sendiri, Lara Croft justru berujung memperlihatkan sifat buruknya sebagai seorang penjarah makam amatir. Berusaha untuk menghentikan Trinity dengan cara apapun, ia justru gegabah dan menarik sebuah pisau suci milik peradaban klasik suku Maya yang menjadi satu di antara dua bagian artifak terpenting yang dikejar Trinity. Pisau tersebut ternyata menyimpan kekuatan yang menyeramkan.


Dengan ditariknya pisau tersebut tanpa wadah yang seharusnya menampungnya, Lara “tidak sengaja” memicu sekuens akhir dunia yang akan diisi dengan lebih banyak bencana alam, dari gempa bumi hingga tsunami. Satu-satunya cara untuk menghentikan hal tersebut adalah menemukan kotak sang pisau, yang juga diburu oleh Trinity. Kebutuhan untuk menemukan artifak tersebut dengan cepat semakin genting dan tidak lagi sekedar didorong dengan keharusan untuk menghentikan niat organisasi tersebut untuk meracik kembali dunia, tetapi juga mencegah dunia ini berakhir. Begitu banyak orang berujung meregang nyawa selama proses tersebut.



Hidup remaja biasa yang berubah 180 derajat, ini adalah basis cerita untuk Dragon Quest XI: Echoes of an Elusive Age. Walaupun hadir dengan karakter protagonis yang ditentukan sebelumnya, Anda sendiri bebas menyematkan nama untuk sosok yang harus diakui, sedikit mirip dengan karakter Trunks dari Dragon Ball ini.

Sebuah upacara menuju kedewasaan justru membuka sebuah takdir baru bagi sang karakter protagonis. Dalam usaha untuk menyelamatkan teman masa kecilnya, ia menemukan bahwa ia memiliki sebuah kekuatan tersembunyi yang tercermin lewat sebuah logo yang tiba-tiba muncul di tangan. Kekuatan ini akhirnya membuat sang ibu, untuk menyampaikan sebuah pesan penting yang sudah ditinggalkan sang kakek jika momen ini memang tiba. Jika sang karakter protagonis menemukan kekuatan ini, ia harus berangkat menuju Kerajaan Heliodor dan bertemu dengan sang raja. Kekuatan dan logo ini adalah bukti bahwa ia adalah seorang Luminary, seorang ksatria cahaya yang ditakdirkan untuk menghapus kegelapan.


Namun kedatangannya ke Heliodor justru disambut dengan reaksi yang berkebalikan. Alih-alih disambut layaknya seorang penyelamat, Raja Heliodor justru memerintahkan sang Luminary untuk ditangkap. Mengingat tidak ada kegelapan tanpa cahaya dan sebaliknya, eksistensi Luminary ia yakini juga menjadi pertanda bahwa kegelapan akan segera tiba.

Tidak mampu melawan dan akhirnya dipenjara, di sanalah sang karakter protagonis bertemu dengan karakter companion pertamanya – Erik. Seiring dengan progress cerita, sang Luminary pun yakin bahwa ia harus memenuhi takdirnya. Bahwa misinya saat ini adalah berangkat ke pohon kehidupan – Yggdrasil untuk menghancurkan kegelapan.




Saat Anda memutuskan untuk bermain game di platform PC, tentunya ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan. Mulai dari pemilihan platform PC apa yang akan digunakan, baik itu desktop maupun laptop. Setelah itu, penggunaan prosesor dan graphics card terbaik menjadi faktor utama yang dipilih untuk mendukung menjalankan game tersebut. Terlebih lagi game yang Anda mainkan nantinya akan sangat menuntut sistem yang tinggi untuk memberikan tampilan visual yang maksimal.

Melihat perkembangan PC dalam tahun terakhir ini, para gamer PC tampaknya sudah semakin cerdas dalam memilih beberapa perangkat terbaik untuk mendukung kebutuhan mereka. Dalam membangun sebuah sistem PC gaming yang kuat, kini bukan lagi soal memilih prosesor dan graphics card terbaik. Sektor media penyimpanan yang digunakan juga kini haruslah tepat.  Pemilihan media penyimpanan berjenis SSD (Solid State Drive) kini juga sudah menjadi kewajiban untuk sebuah sistem PC gaming. Beberapa vendor PC ternama bahkan mulai berlomba-lomba menawarkan sebuah sistem PC gaming, baik desktop maupun laptop yang dilengkapi dengan dual storage, SSD+HDD.

Spesifikasi PC yang kami gunakan:
* Prosesor: Intel Core i7 7700K
* Motherboard: Chipset Intel Z270
* Memory: DDR4 8GB
* Graphics Card: Nvidia GTX 1080
* PSU: 1050 watt



Jika harus berbicara soal kualitas visualisasi, Odyssey memang tidak terlihat berbeda signifikan dibandingkan Origins. Salah satu detail yang ditambahkan dan diperkuat hanya adalah animasi gerak dan detail wajah yang memang esensial, mengingat percakapan dan reaksi karakter kini memainkan peran lebih penting. Sementara untuk lingkungan, Yunani dan Mesir Kuno tentu saja dua setting yang berbeda. Padang pasir super kering di Origins kini berganti dengan desa, tumbuhan, hutan, dan gunung tinggi yang menjulang tinggi di kejauhan. Namun seperti halnya Origins, kesempatan untuk proses eksplorasi tetap terbuka luas lewat kemampuan memanjat yang tidak lagi dibatasi oleh area yang punya celah atau lekukan saja. Anda bisa melakukannya kini di hampir semua terrain yang ada.

Odyssey memang terasa mirip dengan Origins. Namun begitu mencicipinya, Anda akan bisa memahami bahwa sesuatu yang unik dan berbeda dengan seri teranyar ini. Kita tidak sekedar bicara soal kebebasan untuk memilih karakter utama atau sistem pertarungan action RPG yang lebih ditonjolkan saja, tetapi lewat sisi opsi dan konsekuensi ala game action RPG “Bioware” atau The Witcher 3 yang kini disematkan di dalamnya.


Saat menjajalnya, ia berujung bukan sekedar gimmick. Opsi dan aksi yang Anda ambil akan menghasilkan konsekuensi tersendiri, baik eksplisit ataupun implisit. Kerennya lagi? Dengan semua cabang cerita yang bisa terjadi, setidaknya dari pengalaman gameplay 16 jam kami sebelum artikel preview ini, Ubisoft bekerja keras untuk membuat respon dan jalannya percakapan terasa natural mungkin mengikuti hasil pilihan Anda tersebut.

Sebagai contoh? Ada satu di titik cerita dimana kondisi membuat kami harus memilih satu di antara dua opsi yang ada, dan situasi tersebut didesain sebegitu dilematisnya. Ada sebuah keluarga terjangkit penyakit menular dari sebuah desa yang diyakini oleh pendeta setempat, masih tanpa obat. Dengan dua anak masih kecil, keluarga ini memelas belas kasihan. Warga kota yang lain sudah dibinasakan dan dibakar untuk menghentikan penyakit ini, dan keluarga inilah yang terakhir.




Maka seperti kebijakan yang mereka tempuh dengan seri Kiwami pertama, tidak ada perubahan signifikan dari sisi cerita dari Yakuza 2 original dengan seri Remake – Kiwami 2 kali ini. Selain perubahan visual yang Anda dapatkan berbasis Dragon Engine dan porsi misi sampingan dan cerita dari kacamata Goro Majima yang kini kembali muncul sebagai “bintang kedua”, basis ceritanya masih sama.

Yakuza Kiwami 2 mengambil timeline cerita satu tahun setelah Yakuza Kiwami. Kiryu yang ingin keluar dari klan-nya untuk sebuah alasan yang bergerak layaknya takdir, kembali terserap dalam konflik penuh misteri yang tidak pernah ia perkirakan sebelumnya. Fifth Chairman untuk Tojo Clan – Yukio Terada tiba-tiba diserang dan berujung tewas. Omi Alliance diperkirakan menjadi biang kerok untuk aksi yang satu ini. Dengan dua kekuatan besar yang berada di ujung konflik, menjadi tanggung jawab Kiryu lah untuk memastikan perang besar-besaran yang diprediksi penuh darah antara dua organisasi terbesar tersebut tidak terjadi. Di satu sisi yang lain, tewasnya Fifth Chairman berarti membuat Tojo Clan harus mencari pengganti yang baru.


Pelan tapi pasti, kuatnya drama cerita Yakuza yang membuat franchise ini dicintai perlahan tapi pasti, naik ke permukaan. Kiryu harus bertemu dengan saingan terberatnya yang juga mendapatkan julukan “Sang Naga” – Ryuji Goda. Jika Kiryu adalah naga dari klan Tojo, maka Goda lebih dikenal seabgai sang naga Kansai untuk Omi Alliance. Semuanya juga semakin kompleks ketika diketahui bahwa organisasi kriminal Korea Selatan yang juga bekerja di Kamurocho juga memainkan peran di dalam konflik ini. Polisi pun harus turun tangan dengan sosok Kaoru Sayama yang punya tanggung jawab untuk memastikan Kiryu selamat dari segala usaha untuk mengakhiri hidupnya. Tewasnya  Kiryu akan membuat perang antar dua klan ini terpicu.