James Derulo's

Portfolio

Tidak semua game yang diperkenalkan kepada publik, bahkan yang melewati event raksasa sekelas E3 sekalipun, akan berujung menjadi game komersil yang bisa kita nikmati. Proses pengembangan yang terus berjalan bisa jadi berujung bermasalah atau sekedar tidak memenuhi standar yang diinginkan oleh sang developer ataupun publisher. Gamer yang mengikuti sepak terjang Rockstar Games tentu masih mengingat sebuah game berjudul “Agent” yang sudah diumumkan hampir 10 tahun yang lalu. Terlepas dari game seperti GTA V dan RDR2 yang dirilis lebih dahulu, Agent tidak pernah memperlihatkan batang hidungnya. Sepertinya, Rockstar Games sendiri sudah angkat tangan terkait game ini.

Harapan memang sempat bertahan setelah merk dagang “Agent” ini terus diperpanjang dan didaftarkan selama ini. Namun untuk tahun 2018 ini, Rockstar Games dan Take Two Interactive sepertinya sudah benar-benar menyerah terkait game yang kabarnya akan meminta Anda untuk berperan sebagai mata-mata di tahun 1970-an era Perang Dingin. Mereka memutuskan untuk tidak lagi memperpanjang pendaftaran merk dagang untuk game yang diumumkan untuk pertama kalinya di event E3 milik Sony tahun 2009 silam. Sayangnya, tidak ada pernyataan resmi terkait masalah ini dari mulut Rockstar dan Take Two.




Ada banyak alasan untuk menantikan acara tahunan yang lahir dari tangan dingin Geoff Keighley – The Game Awards (TGA). Bermula dari sebuah usaha untuk menciptakan event penghargaan sekelas Oscar ataupun Grammy namun untuk industri game, acara ini mulai terasa prestisius setelah begitu banyak developer dan publisher raksasa yang terlibat. Beberapa di antara mereka bahkan lebih memilih untuk menggunakan TGA ini sebagai momen paling tepat untuk mengumumkan proyek teranyar. Untuk event di tahun 2018 ini, Anda yang tertarik untuk melihat tren industri game selama beberapa tahun ke depan sepertinya tidak akan ingin melewatkannya.

Setelah sempat digoda lewat beragam teaser, Geoff Keighley hadir dengan berita baik terkait acara The Game Awards 2018 yang akan digelar minggu depan secara langsung. Lewat akun Twitter resminya, ia menjanjikan akan ada lebih dari 10 game terbaru yang diumumkan di acara tersebut. Game-game yang sudah dikembangkan secara rahasia oleh banyak developer dan publisher dan baru akan diperlihatkan pertama kalinya ke publik di sana. Ini akan jadi jumlah pengumuman game baru terbesar yang pernah dilakukan oleh The Game Awards selama ini.



Dengan rilisnya Survive yang berujung gagal di pasaran, nasib dan masa depan Metal Gear sebagai franchise di bawah bendera Konami sepeninggal Hideo Kojima memang terlihat suram. Bagaimana tidak? Konami sepertinya bingung hendak melanjutkan game ini ke arah mana, yang berakhir dengan menjadikannya sebagai tema untuk mesin pachinko super populer mereka di Jepang. Dengan cerita kompleks, tema berat, dan gameplay unik penuh sentuhan Kojima di dalamnya, satu-satunya alternatif paling rasional bagi Konami tentu saja dengan mulai merancang dan merencanakan seri Remaster ataupun sekedar rilis ulang dalam format klasik. Sesuatu yang sepertinya tengah merencanakan.

Konami sepertinya tengah bersiap melakukan sesuatu dengan nama “Metal Gear” terlepas dari bentuk seperti apa ia akan berakhir. Hal ini terlihat dari aksi mereka mendaftarkan merk dagang atas nama “Metal Gear” dan “Metal Gear Solid” dalam dua entitas berbeda di badan terkait Uni Eropa. Pendaftaran tersebut dilakukan bulan Oktober 2018 yang lalu tanpa informasi detail sama sekali. Konami juga belum angkat bicara terkait informasi yang tentu saja, memicu begitu banyak spekulasi baru tentang langkah mereka selanjutnya terkait franchise populer yang satu ini.




Jika kita berbicara soal perusahaan Jepang yang masih terbuka “melawan” tren streamer / peracik konten di beragam situs video populer seperti Youtube dan Twitch, maka nama Nintendo sepertinya tidak terhindarkan, di luar Atlus tentunya. Nintendo dikenal cukup protektif terkait masalah konten seperti ini yang berujung membuat peracik konten sulit untuk mendulang uang dari game-game Nintendo, bahkan ketika mereka mengembangkan konten analisis sejenis yang tidak memuat banyak spoiler sekalipun. Nintendo sempat berusaha mengakomodasi kebutuhan tersebut dengan membuka halaman pendaftaran bagi para content creator, dengan hanya beberapa saja yang berhasil meraih hak untuk melakukan monetisasi video berbasis game Nintendo mereka. Berita baiknya? Ia kini melonggar.

Entah apa yang merasuki Nintendo saat ini, namun kompleksitas dan kesulitan proses monetisasi video untuk game Nintendo ini akhirnya berakhir. Pertama-tama, Nintendo membuang sistem pendaftaran yang sempat mereka aplikasikan sebelumnya.

Sebagai gantinya? Kini Nintendo membolehkan para peracik konten video untuk mendulang uang dari iklan saat mereka memainkan game Nintendo, selama bentuknya transformative work. Ini berarti video-video yang hanya melewati proses edit ditambah dengan komentar saja yang dibolehkan. Sementara video sesi panjang minim komentar tetap tidak akan diperbolehkan mendapatkan monetisasi. Nintendo juga secara tegas melarang proses streaming atau racik video untuk game yang belum secara resmi dilepas ke pasaran.




Pernahkah Anda menemukan rumor game yang muncul setiap tahun, terutama ketika event raksasa berada di depan mata, namun tidak pernah kunjung berakhir jadi sesuatu yang benar adanya? Itulah yang terjadi dengan Rocksteady Studios – developer dari seri Batman Arkham yang memesona dengan rumor game Superman dari tangan dingin mereka. Setiap tahunnya, tidak pernah sekalipun ketinggalan, rumor ini terus mengemuka dengan “bukti-bukti screenshot” dan “informasi orang dalam” yang tidak pernah terbukti sama sekali. Kini dengan The Game Awards 2018 yang menjanjikan setidaknya 10 pengumuman game baru di depan mata, rumor tersebut muncul kembali.

Kali ini lebih dari sekedar “klaim orang dalam”, spekulasi bahwa game Superman terbaru dari Rocksteady akan diumumkan di acara TGA 2018 mendatang muncul dari terdaftarnya game tersebut di database situs “Game System Requiremens”. Mengingat kasus serupa sempat terjadi dengan Devil May Cry 5 dan berujung benar adanya, banyak yang percaya bahwa hal ini juga akan terjadi dengan game Superman ini.

Game ini sendiri disebut-sebut akan mengusung nama “Superman: World’s Finest”. Secara rasional, jika mengacu pada varian komik dengan nama yang sama, pendekatan ini memang dilihat sebagai yang terbaik untuk membawa Superman ke permukaan. Mengapa? Karena World’s Finest yang merupakan seri komik DC sejak tahun 1930-an tersebut memang dikenal sebagai seri yang membawa tiga sekawan – Superman, Batman, dan Robin dalam petualangan bersama. Apalagi rumor dengan nama serupa sempat muncul beberapa kali di masa lalu, termasuk di salah satu thread 4chan.




PAL atau NTSC, setidaknya gamer generasi saat ini tidak perlu lagi dibingungkan dengan konsep yang sempat terjadi di industri game masa lalu ini, khusus di era Playstation pertama. Untuk Anda yang tidak terlalu familiar, keduanya merupakan sistem encoding video yang masing-masing punya kelebihan dan kelemahannya masing-masing dan seringkali “terikat” dengan region dan negara tertentu.

PAL punya resolusi video lebih tinggi, namun framerate lebih rendah di 25 fps, sementara NTSC punya resolusi lebih rendah, sementara framerate dikunci di 30fps. Oleh karena itu game NTSC biasanya berjalan lebih mulus dan terasa lebih cepat, sementara versi PAL berujung lebih lambat sekitar 17% di sisi framerate. Percaya atau tidak, untuk konsol nostalgianya, Sony ternyata menjatuhkan pilihan pada game versi PAL yang seperti bisa diprediksi, membuat pengalaman bermain game-game klasik Playstation pertama ini tidak semulus yang dibayangkan.

Informasi ini meluncur setelah beberapa media luar yang kebetulan sudah mencicipi dan menguji Playstation Classic membaginya ke publik. Banyak yang menyoroti keputusan “aneh” Sony untuk memasukkan setidaknya 9 buah game versi PAL ke dalam jajaran 20 game rilis Playstation Classic. Dengan game yang mentok berjalan di 50fps, beberapa game seperti Tekken 3 dan Battle Arena Toshinden kabarnya mengalami pelambatan gameplay yang cukup signifikan. Apalagi jika Anda membandingkannya dengan game serupa di Playstation 1 original atau sekedar proses emulasi.



Kesuksesan mode online yang berhasil mereka raih via GTA V sepertinya sudah menjadi kepastian bahwa Rockstar Games akan berusaha menjajal hal yang serupa dengan Red Dead Redemption 2. Namun berbeda dengan pengumuman mode online GTA V yang sudah digembar-gemborkan sejak pengenalan perdananya,  Rockstar memutusksan untuk menahan diri di game simulasi dunia barat liar koboi yang satu ini. Seolah ingin menegaskan komitmen meracik game single-player bermutu tinggi tanpa kompromi sama sekali, mereka bahkan tidak menyediakan mode tersebut di hari rilis. Kini, mode tersebut akhirnya tersedia.

Rockstar Games akhirnya mulai melemparkan tambahan mode multiplayer online – Red Dead Online via update terbaru. Namun tidak buru-buru menyebutnya sebagai versi “final”, mode ini masih dikategorikan sebagai masa beta hingga penemuan bug dan glitch masih bisa dijustifikasi. Memainkan karakter yang Anda racik sendiri, Red Dead Online yang menggunakan peta sama juga menyediakan beragam mode permainan, mode kooperatif ataupun kompetitif, termasuk sebuah mode battle-royale bernama “Make it Count”. Bersama dengan rilisnya masa beta ini, Rockstar melepas beberapa screenshot terkait.



Sebuah seri yang nyaris mati karena kegagalan yang dialami oleh sang publisher, diselamatkan, diserahkan kembali ke tim seri originalnya yang kini mengusung nama baru, dan akhirnya mendapatkan sebuah seri teranyar yang melanjutkan kisah yang sudah ada. Perjalanan “berat” yang harus dilalui oleh Darksiders sebagai sebuah franchise sebelum seri ketiganya tersedia memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Untungnya, semua berujung pada Darksiders 3 yang akhirnya tersedia di pasaran. Bagi gamer PC, ini juga urusan mempersiapkan PC yang cukup kuat untuk menjalankannya.

Ditangani oleh Gunfire Games, seri ketiga yang meminta Anda untuk berperan sebagai Fury ini akhirnya dilepas ke pasaran. Konsepnya sendiri mengadaptasikan dunia cukup besar dengan tanpa sistem peta yang membuat Anda harus mengalihkan sedikit energi untuk memahami landmark dan mengingat setiap dari mereka. Tertarik mencicipinya di PC? Spesifikasi PC resmi yang dibutuhkan untuk menjalankannya akhirnya meluncur.


Minimum Requirements
OS: Windows 7 / 8 / 10 64 bit
Processor: AMD FX-8320 (3,5 GHz) / Intel i5-4690K (3,5 GHz) or better
Memory: 8 GB RAM
Graphics: GeForce GTX 660 / Radeon R7 370 with 2 GB VRAM
DirectX: Version 11
Storage: 25 GB available space

Recommended Requirements
OS: Windows 7 / 8 / 10 64 bit
Processor: Intel Core i7-3930K (3.2 GHz)/AMD Ryzen 5 1600 (3.2 GHz) or better
Memory: 16 GB RAM
Graphics: AMD Radeon RX 480 / NVIDIA GeForce GTX 970 with 4 GB VRAM
DirectX: Version 11
Storage: 25 GB available space



Sepertinya bukan rahasia lagi bahwa industri game saat ini, secara global, sudah mulai bersiap untuk beralih ke konsol generasi selanjutnya. Walaupun dua “pemain besar” – Sony dan Mircrosoft belum secara resmi angkat bicara terkait produk tersebut, namun beragam rumor dan spekulasi sudah berkembang. Salah satunya datang dari para developer, besar ataupun kecil, yang sudah angkat bicara terkait pengembangan game untuk generasi selanjutnya. Bahkan salah satunya tidak ragu menuliskan “Playstation 5” sebagai target platform rilis yang ada. Tidak hanya Luminous Studios saja yang sepertinya tengah sibuk, karena lowongan pekerjaan yang lain mengindikasikan hal yang sama.

Informasi ini mengemuka dari beberapa lowongan kerja baru yang dirilis di situs Jepang – CreativeVillage, yang kemudian berujung dilaporkan situs gaming – Gematsu. Tanpa menuliskan nama developer / publisher terkait, ada dua lowongan pekerjaan dengan basis di Koto, Tokyo dan Shibuya, Tokyo yang keduanya secara terbuka menuliskan “konsol game baru” dan “hardware generasi selanjutnya” sebagai target rilis. Sayangnya, tidak ada detail lebih jauh terkait masing-masing studio yang membuka lowongan ini atau kira-kira game seperti apa yang mereka kerjakan. Namun salah satu lowongan tersebut berbicara soal pertarungan boss.



Berlomba-lomba untuk membawa produk andalan mereka ke layar lebar, banyak developer dan publisher game yang saat ini berusaha untuk menarik pasar non-gamer dan mengkonversi mereka menjadi fans yang menaruh perhatian lebih. Selain Capcom dengan Monster Hunter yang ramai diperbincangkan saat ini, Activision juga sebenarnya berusaha melakukan hal serupa dengan game shooter super populernya – Call of Duty. Wacana ini sudah mengemuka dan dikonfirmasikan sudah cukup lama, namun tidak kunjung memperlihatkan batang hidungnya. Seolah setia dengan cara mereka menangani versi video game-nya, Activision kabarnya bahkan sudah mempersiapkan sekuel untuk film adaptasi yang bahkan belum punya trailer ini.

Informasi ini meluncur dari situs film – Variety yang melaporkan bahwa Activision Blizzard Studios sudah menyewa sosoK Joe Robert Cole sebagai penulis cerita film sekuel Call of Duty. Robert Cole sendiri membangun namanya sebagai penulis cerita Black Panther milik Marvel bersama dengan Ryan Coogler. Ini tentu saja menjadi berita mengejutkan, mengingat film Call of Duty pertamanya sendiri yang akan digawangi oleh sutradara Sicario 2: Soldado – Stefano Solima baru akan masuk proses syuting tahun 2019 mendatang.

Misteri terkait plot adaptasi film Call of Duty ini sendiri masih kuat krena aksi tutup mulut Activision. Namun pembicaraan bahwa mereka ingin membangun “Cinematic Universe” mereka sendiri ala versi video game dimana tiap seri bisa berujung menawarkan tema cerita dan setting yang berbeda memang menjadi ambisi utama.



Stefani Germanotta mungkin nama asing untuk banyak orang di dunia ini. Namun begitu menyebut nama panggungnya – Lady Gaga, terlepas apakah Anda menyukai personanya atau tidak, adalah salah satu penyanyi global dengan talenta yang tidak bisa dibantah begitu saja. Salah satu “ciri khas” miliknya adalah kostum super aneh di atas panggung dan video klip, di luar lagu dengan musik yang cukup untuk membuatnya tertangkap mudah oleh otak Anda. Namun tahukah Anda bahwa Lady Gaga ternyata adalah seorang gamer yang ternyata juga jatuh hati dengan karakter, yang sepertinya mirip dengan dirinya? Benar sekali, Bayonetta.

Berita cukup mengejutkan ini muncul dari lini sosial media Twitter miliknya. Setelah cukup sibuk dengan aktivitas kerjanya, termasuk akting yang tampil memeesona lewat film terbaru “A Star is Reborn”, Lady Gaga mengaku menghabiskan waktu istirahatnya dengan berusaha menyelesaikan Bayonetta. Ia melaporkan setidaknya tiga buah progress terpisah saat berjuang menundukkan game action penuh gaya yang tidak mudah ini. Kejutan ini juga direspon positif oleh Nintendo of America yang juga membalas celotehan Lady Gaga ini dengan sedkit ucapan penyemangat. Ia setidaknya sudah berhasil menyentuh Chapter XIII di “laporan” terakhir miliknya.




Sebuah judul yang tidak pernah diimpikan gamer akan berujung direalisasikan, apalagi mengingat sikap sang pemilik hak atas franchise – SEGA yang terlihat enggan untuk menyentuhnya kembali. Namun “keajaiban” terjadi, dan sosok Yu Suzuki kembali berkesempatan untuk melanjutkan kisah Shenmue dan bahkan, menutupnya dengan manis untuk memenuhi keinginan para fans yang menginginkan sebuah konklusi yang pasti. Proses pendanaan yang mengalir dari dompet para penikmat Shenmue ini memang menghasilkan angka yang fantastis. Tidak main-main, ia bahkan berhasil menyentuh angka USD 7 juta.

Walaupun terdengar tidak sebanding dibandingkan dana yang digelontorkan untuk game AAA yang lain, namun angka USD 7 juta yang menjadi akhir proses pendanaan Shenmue 3 lewat Kickstarter tentu saja terhitung fantastis. Angka pasti – USD 7.179.510 atau sekitar 104 Miliar Rupiah tersebut dikumpulkan lewat dua periode Kickstarter berbeda: program perdana di tahun 2015 yang berujung menghasilkan USD 6,3 juta dan periode kedua yang berjalan sekitar 3 tahun untuk mendapatkan “sisa” dana yang diumumkan tersebut. Sang tim developer – YS Net sendiri bangga dengan angka dana yang berhasil mereka raih tersebut.




Tidak semua game yang mengusung trailer memesona, terutama dari trailer sinematik yang ada, berakhir menjadi game mengagumkan yang sukses menyihir gamer di pasaran. Kasus yang sempat terjadi dengan Dead Island yang sempat mengusung salah satu trailer paling emosional ini ternyata terjadi juga untuk proyek game multiplayer berbasis semesta The Walking Dead dari dev. Payday – Overkill Software. Setelah pengumuman lewat trailer-trailer karakternya yang pantas disebut menawan, game kooperatif pertempuran melawan zombie ini ternyata tidak sebaik yang dibayangkan. Di tengah gempuran game raksasa yang lain, nasibnya sepertinya sudah terbentuk bahkan sebelum dirilis.

Dalam laporan terbaru mereka, Starbreeze Studios secara terbuka menyebut bahwa Overkill’s The Walking Dead gagal memenuhi ekspektasi mereka, terutama dari sisi penjualan. Game ini terjual mengecewakan dan menghasilkan beban finansial yang berujung membuat mereka harus beradaptasi di masa depan.

Mereka mulai harus mengatur budget pengembangan dan menegaskan fokus baru di bisnis utama mereka, seperti yang mereka janjikan pada para eksekutif yang ada. Overkill’s The Walking Dead disebut-sebut justru laku di pasar seperti China dan Russia yang notabene punya harga jual rendah, sementara itu lemah di pasar yang punya harga tinggi. Kombinasi ini membuat mereka tidak mencatat keuntungan yang dibutuhkan. Sayangnya tidak jelas berapa besar “lemahnya” penjualan ini dalam bentuk angka.



Sudah bukan rahasia lagi bahwa untuk bisa menarik minta pasar, terutama game-game berbasis multiplayer kompetitif, mode battle-royale memang menjadi tambahan yang tidak bisa lagi diabaikan begitu saja. Pertempuran untuk menjadi yang terakhir selamat ini seringkali berujung menjadi pengalaman yang super seru, menegangkan, dan berbeda di saat yang sama. Kerennya lagi? Alih-alih sekedar mengekor judul populer yang ada, beberapa developer berusaha menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda dengan formula yang serupa ini. Hal yang ternyata juga disuntikkan Rockstar Games untuk mode online RDR 2 yang dikenal sebagai Red Dead Online.

Selain beragam misi kooperatif dan eksplorasi dengan menggunakan peta open-world yang sama, konfirmasi terkait mode battle-royale untuk Red Dead Online akhirnya meluncur. Mode tersebut akan mengusung nama “Make it Count” dan berisikan hanya 32 pemain saja. Elemen battle-royale seperti lingkaran yang mengecil dan memaksa Anda untuk saling bertemu tetap dihadirkan di sini. Anda bahkan tetap akan berhadapan dengan limitasi senjata di dalamnya. Petanya sendiri tidak diketahui seberapa besar, namun kabarnya akan memuat daerah seperti Strawberry, Stillwater Creek, dan Tall Trees di dalamnya.



Apa yang Anda dapatkan jika Anda berhasil mendesain sebuah game dengan permainan yang menyenangkan, optimalisasi yang baik di semua platform rilis yang ada, sistem microtransactions yang tidak mencederai gameplay, hingga pola distribusi free to play? Benar sekali, Anda baru saja meracik resep kesuksesan yang berhasil diraih Epic Games dengan game “sejuta umat” mereka – Fortnite, terutama untuk Fornite: Battle Royale. Fenomena game yang satu ini memang tidak terbantahkan. Lantas, seberapa populer sebenarnya Fornite?

Selain pendapatan berjumlah besar tiap tahun hingga bagaimana ia terus dibicarakan oleh atlet dan bintang Hollywood ternama, jumlah user untuk game ini juga terus meningkat. Laporan terbaru milik Bloomberg menuliskan bahwa Fortnite saat ini sudah mencatatkan tidak kurang dari 200 juta terdaftar. Memang tidak kesemuanya memainakan Fortnite secara aktif, namun ini tetap saja sebuah angka yang memukau. Apalagi data sebelumnya di bulan Juni 2018 kemarin “hanya” menuliskan user sejumlah 125 juta orang. Ini berarti ada peningkatan setidaknya 60% selama beberapa bulan terakhir ini.





Tentunya nama anaknya tidak akan jauh-jauh dari karakter atau permainan video gamekan? Bagi kalian yang suka bermain video game dan masih bingung memilih nama anak berdasarkan karakter video game, berikut 5 karakter game yang bisa kamu gunakan untuk nama bayi lelaki mu!

1.Nathan Drake

2.Kazuki Ito

3.Rikimaru

4.Dante

5.Kazuya Mishima








Pertama kali diumumkan pada 2013 lalu, Cyberpunk 2077 kini menjadi salah satu game paling diantisipasi. Mereka telah perlihatkan gameplay perdana mereka beberapa bulan yang lalu dan dapatkan resepsi yang luar biasa meskipun beberapa fans kecewa dengan game akan mengambil perspektif first-person. Dengan pengalaman dan kesuksesan dari The Witcher 3, CD Projekt Red ingin capai kualitas terbaik dari proyek ini.
Lewat pembicaraan konferensi bersama investor dan analist akan hasil finansial dari perusahaan tersebut, Adam Kici?ski – CEO dari CDPR ditanya akan apa yang dapat mereka pelajari dari rilisnya Red Dead Redemption 2 dari Rockstar yang kini menjadi salah satu game terbesar dan diklaim sebagai terbaik pada tahun ini.
Kici?ski menjawab pertanyaan tersebut apabila mereka rilisnya Red Dead Redemption 2 sangatlah penting bagi mereka dan kini mereka akan berusaha sebisa mungkin untuk ciptakan game yang “Sebagus Red Dead Redemption 2.”
Apa yang pernah diperlihatkan di E3 maupun Gamescom takkan jadi hasil akhir dari proyek tersebut. Kici?ski mengungkapkan bahwa mereka terus menambah konten dan detil didalam game, maka hasil akhir yang pemain dapatkan nanti diharapkan akan jauh lebih baik dari yang mereka lihat sebelumnya.




Setelah masa closed beta di Indonesia, Taiwan, HongKong, dan Thailand di bawah naungan Garena. Game battle royale orisinal milik Tencent, Ring of Elysium justru rilis di Amerika terlebih dahulu sebagai early access bulan September lalu. Kini, mereka meneruskannya dengan menggenjot pasar Eropa.
Tencent baru saja umumkan bahwa game free-to-play battle royale mereka, Ring of Elysium kini sudah tersedia di Steam negara Eropa. Player Eropa yang sebelumnya bermain di server Amerika akan bisa meneruskan progressnya di server terbarunya. Mereka yang membeli apapun terkait gamenya baik season pass maupun yang lain akan tetap bisa membawanya ke server manapun.
Sayangnya, belum jelas kapan Garena akan membawanya ke Asia Tenggara khususnya ke Indonesia. Namun banyak yang berspekulasi bahwa kemungkinan besar mereka akan selesai setelah masa early access server Eropa dan Amerika selesai.



Dibanned permanen dari video game yang kamu suka memang merupakan hal yang tidak mengenakkan, meskipun kamu benar-benar pantas mendapatkannya. Kebanyakan player yang dibanned umumnya akan membuat akun baru dan melakukan hal yang sama atau mungkin takkan pernah memainkannya. Namun player yang satu ini justru menyadari akan kesalahannya dan ingin berubah.
Seorang user bernama DotaShield mengaku bahwa ia dibanned otomatis berkat kelakuan toxic-nya dengan menggunakan kata-kata tak senonoh di Overwatch. Ia berusaha mengakui kesalahannya di reddit dan bertemu dengan moderator manusia yang menangani kasusnya.
“Aku mengerti kamu kecewa karena perlakuan kami terhadap akunmu (banned, red). Sayangnya, itu karena kesalahanmu sendiri. Mengatakan “Kalian benar-benar gobl*k, sialan. Bagaimana bisa kalian punya level setinggi ini dan gabisa main satu karakter-pun” itu benar-benar tak bisa ditolerir” ungkap Game Master Overwatch.
DotaShield yang menyadarinya meminta maaf dan berusaha untuk mengubah sifatnya. “Aku tak meminta belas kasihan atau pengertian. Kita harus benar-benar mengintrospeksi diri kita sendiri dan berubah menjadi lebih baik. Frustasi adalah sesuatu yang normal, namun emosi yang menggebu-gebu (sepertiku) sangat tak normal.” imbuhnya.





Kamu mungkin sudah pernah memainkan game Dark Souls yang rilis 7 tahun lalu, atau mungkin baru mencoba versi remasternya telah hadir pada bulan mei lalu. Dan selama permainannya, kamu mungkin juga merasa kesulitan memahami cerita yang terjadi karena terlalu sibuk dalam menyelesaikan permainannya yang sudah cukup bikin kepala pusing.
Serial Dark Souls memang tidak pernah menceritakan secara langsung apa yang terjadi dalam gamenya. Namun seorang fans sekaligus YouTuber bernama TheParryGod mencoba membantu para fans yang ingin mengerti cerita dari Dark Souls pertama, dengan merilis sebuah sinematik pendek yang menceritakan keseluruhan cerita The Chosen Undead.
TheParryGod sebelumnya juga pernah membuat sinematik pendek untuk Dark Souls 3, dan dengan hadirnya sinematik untuk serial pertamanya ini, nampaknya kita bisa menantikan juga sinematik pendek untuk Dark Souls 2 kedepannya.


Sejak ia diperlihatkan untuk pertama kalinya di panggung utama E3 2018 kemarin, Capcom berhasil membangkitkan antisipasi dan rasa optimisme yang kuat untuk proyek remake Resident Evil 2 yang sebenarnya sudah mereka umumkan sejak lama. Berbasiskan RE Engine – engine sama yang mereka gunakan untuk Resident Evil 7, visualisasi yang ia usung memesona. Namun pujian pantas diarahkan pada komitmen untuk mempertahankan atmosfer survival horror yang kental lewat sistem pencahayaan yang sepertinya tidak sulit untuk membuat bulu kuduk Anda merinding. Gamer memang menyuarakan rasa ketidaksukaan pada model baru untuk Leon dan Claire, sang tokoh protagonis utama. Namun sepertinya konten kostum yang satu ini akan sedikit membantu mengurangi hal tersebut.

Mempersiapkan begitu banyak kostum untuk Leon dan Claire yang beberapa diantaranya dikonfirmasikan sebagai konten DLC, Capcom ternyata mempersiapkan sesuatu yang spesial untuk gamer veteran yang sempat mencicipi seri originalnya di Playstation pertama. Hadir sebagai kostum yang bisa Anda buka di dalam game dan bukan DLC, ada kostum klasik versi original untuk keduanya. Leon akan mengenakan pakaian RPD biru khasnya, sementara Claire menggunakan Jacket merah ikoniknya dengan sedikit perubahan desain yang kini memperlihatkan belahan dada.




Ini mungkin salah satu berita terbaik yang Anda temukan minggu ini. Setelah berkaca dari banyak kontroversi yang sempat menghinggapi Destiny pertama, sebuah game action RPG eksperimental yang lumayan inovatif di masanya, Activision dan Bungie Studios memang berusaha meracik pengalaman bermain yang lebih sempurna dengan Destiny 2. Sayangnya, keluhan tetap mengalir karena beberapa kontroversi yang lain. Walaupun demikian sulit rasanya untuk tidak mengakui bahwa Destiny 2 tetaplah sebuah game multiplayer co-op yang selalu seru untuk dimainkan bersama dengan teman-teman yang lain. Berita lebih baiknya lagi? Ia kini GRATIS!

Merayakan ulang tahun Destiny 2 versi PC, Activision dan Bungie Studio memutuskan untuk menggratiskan Destiny 2 versi PC! Benar sekali, Anda bisa melakukan proses klaim secara cuma-cuma dan menyimpan game ini secara permanen. Yang tersedia adalah Destiny 2 versi dasar tanpa DLC “Forsaken” yang terbaru. Proses klaim harus dilakukan via portal distribusi milik Blizzard – Battle.net dan akan tersedia via tab “Gifts” begitu sudah Anda lakukan. Tentu saja Anda harus memiliki akun Battle.net terlebih dahulu.




Menyebutnya sebagai salah satu semesta Final Fantasy yang paling dieksplorasi sepertinya tidak berlebihan. Walaupun Square Enix juga melakukan hal yang serupa dengan Final Fantasy XIII yang muncul dalam tiga seri dan Final Fantasy XV dengan beragam game pendukung dan bahkan sebuah film CGI terpisah, Final Fantasy VII tetap pantas disebut sebagai “anak emas” franchise JRPG raksasa yang satu ini. Seri sekuel, film CGi dengan resepsi positif, sebuah anime, hingga game mobile pendukung sempat meluncur untuk petualangan Cloud dkk saat menyelamatkan dunia ini. Dengan sebuah seri remake yang sudah diumumkan dan tengah dikembangkan, tentu menarik untuk melihat bagaimana nasib “konten sampingan” klasik ini.

Hal tersebut pula lah yang dibicarakan oleh Tetsuya Nomura di sela-sela event tertutup untuk The World Ends with You: Final Remix. Mengaku bahwa ia baru akan benar-benar fokus ke VII Remake setelah Kingdom Hearts 3 meluncur, Nomura juga ternyata punya ambisi lain terkait proyek yang satu ini. Seperti proyek Compilation FF VII masa lalu, ia juga ingin mengerjakan konten-konten sampingan untuk menemani rilis VII Remake nantinya. Ia sudah berbicara dengan Yoshinori Kitase terkait ide yang satu ini dan hampir semua developer lawasnya ternyata berbagi sentimen yang sama. Mereka belum bisa memastikan apapun dan saat ini sebatas wacana.